Tanda Bisnis Sukses Dunia Akhirat


Dari judulnya, mudah-mudahan bisa memotivasi, dari isinya, mudah-mudahan artikel kali ini bisa menggerakan hati, menggetarkan jiwa dan kemudian menjadikan seluruh anggota tubuh ini bekerja dinamis menuju produktifitas yang lebih dari saat ini. Pembaca sekalian, banyak orang tidak bisa mengukur kebahagian orang lain, yang bisa dilakukan hanya menebak-nebak dari raut wajahnya saja, terlebih ketika orang tersebut baru kita kenal. Dan satu hal yang pasti, kebahagiaan seseorang tidak bisa di ukur dari merk baju yang ia pakai atau jenis kendaraan yang ia pakai, entah ia menggunakan mobil eropa merk terbaru sekalipun, atau hanya yang sekedar naik sendal jepit lusuh kesana kemari.

Suatu hari ketika saya dan isteri berkunjung kesuatu tempat di daerah Sukabumi Parung Kuda, saya menyempatkan kesebuah gubuk yang didepannya ada sawah yang mungkin ukurannya hanya sekitar 300meter, jelas sangat sempit untuk menanam padi. Dari kejauhan saya lihat seorang kakek yang sedang mencangkul ditengah teriknya matahari, arloji saya menunjukan pukul 11.30. Tidak lama, si kakek itu menengok ke arah saya sambil melambaikan tangannya dan bergegas menghampiri saya. Padahal waktu itu saya tidak tahu juga siapa beliau, ah mungkin dikiranya saya adalah orang yang akan bertamu kegubuk reotnya.

Akhirnya, diawali dengan perkenalan, obrolan kami pun semakin dalam, ya tentang kehidupan di kampung itu. Tidak lama sang kakek yang saya perkirakan berusia 70an tahun itu membuka topi taninya, dan masya Allah, kakek yang sehari-harinya bekerja tani itu masih memiliki rambut yang lebat dan hitam kelam, sambil bercanda sekaligus penasaran, saya bertanya kepada sang kakek. “Kok bisa rambutnya tetap subur di usia yang senja ini”, “Alhamdulillah” jawabnya, lantas ketika saya tanya apa rahasianya, jawabnya sederhana “Saya bahagia,  hidup sederhana, ditemani isteri saya yang cantik dan setia” seraya menunjukan telunjukan ke gubuk reot tadi. Subhanallah.

Jelas dari pertemuan saya dengan kakek tadi dapat disimpulkan apa yang menjadi kunci kebahagiaan sebenarnya, yaitu bersyukur. Begitupun ketika saya dan tim saya menjalankan bisnis, dua bisnis yang saya jalankan memiliki tim dengan impian masing-masing. Dan luar biasanya, impian mereka bukan mimpi kepingin kaya, bukan mimpi kepingin punya ini punyai itu, tapi impian untuk bisa berkontribusi terhadap kebahagiaan orang lain. Impian untuk bisa melihat orang banyak bersyukur dan ia terlibat pada prosesnya.

Saya memang tidak bisa menyelami hati orang, walau orang itu setiap hari bersama saya, tapi saya bisa mendalami visi misi seseorang dari kinerjanya. Penuh semangat, penuh dedikasi, penuh rasa syukur atas apa yang Allah berikan kepadanya. Jika sudah begitu, apa lagi yang di khawatirkan di masa depan ? Toh orientasi bukan lagi Duniawi, toh orientasi bukan lagi Kapital. Cukup percaya akan janji sang Khaliq, Akhirat akan menjauh ketika kita mengejar dunia, namun dunia akan berlari mengejar orang yang berorientasi akhirat. Mengapa harus realistis terhadap rezeki sementara Allah sudah menakarnya sejak kita dilahirkan dulu. Yang justru harus disikapi secara realistis adalah cara bagaimana usaha dalam menjemput rezeki tersebut. Bersemangatkah, penuh dengan optimisme, penuh dengan orientasi atau malah sebaliknya.

 

CBS Founder

 

Yogi Wicaksono

Comments are closed.

Cyber Business School | Combining Art IT and Business