Jangan Banyak ‘Kalau’


Jangan Banyak Kalau

Alkisah, Acun mau buka usaha kursus bahasa Inggris, tapi nggak punya tempat dan tim pengajar. Datanglah Acun ke seorang pengusaha sukses untuk meminta petuah. Ini dia petuah si pengusaha,

– Buat brosur marketing tentang kursus bahasa Inggris yang mau dibuka.
– Sebarkan brosur itu. Intinya cari saja dulu muridnya.
– Pendaftaran bisa via sms dan pembayaran via transfer rekening.
– Tempat bisa kerjasama dengan lembaga yang sudah ada dengan sistem sewa atau bagi hasil.
– Tim pengajar bisa merekrut sarjana bahasa Inggris dari berbagai perguruan tinggi.

Acun ngangguk-ngangguk mendengarkan petuah si pengusaha. Acun telihat berpikir cukup serius. Kemudian bertanya seperti ini,
– Kalau nggak ada calon murid yang tertarik gimana?
– Kalau nggak ada lembaga yang mau kerjasama tempat gimana?
– Kalau ternyata susah merekrut tim pengajar gimana?

Si pengusaha tampak kesal dengan pertanyaan Acun.
“Kalau kamu mau benar-benar buka usaha, jangan pake ‘kalau’! Belum dicoba, tapi sudah banyak ‘kalau’”, seru si pengusaha dengan nada kesal.

Kita memang sukanya berandai-andai. Celakanya, berandai-andainya bukan yang positif, tapi malah yang negatif. Mestinya kalau mau berandai-andai, mbok ya yang positif gitu. Misalnya, bagaimana kalau usaha saya laku. Bagaimana kalau usaha saya terus berkembang dan maju. Kalau seperti itu ‘kan, bisa bikin semangat.
Jadi, kalau mau buka usaha, jangan pakai ‘kalau’. Usaha itu dibuka, bukan kebanyakan ‘kalau’. Setuju!

Coba saja dulu. Jangan banyak ‘kalau’ |  Jika mau pakai ‘kalau’, berandai-andailah dalam hal-hal positif.

Comments are closed.

Cyber Business School | Combining Art IT and Business