BERBISNIS ITU BUKAN KARENA KEPEPET, TAPI BERKONTRIBUSI


Yup, seperti dalam judul artikel ini, Berbisnis itu bukan karena Kepepet, tapi Berkontribusi. Artikel ini terilhami dari Business Sharing Session mingguan yang secara rutin saya adakan setiap Jumat. dan materi edisi 19 Oktober 2012 adalah tentang Kontribusi dalam Bisnis. Kenapa saya bahas ini? Kelas pembelajaran bisnis K-Coach yang dihadiri oleh sekitar 20-an orang pengusaha muda ini sepakat bahwa tidak lain dan tidak bukan adalah karena virus entrepreneur yang saat ini semakin marak, dan merajalela adalah suatu hal yang sangat menarik. Menurut Isa Sumantaura, owner dari Tetuka Studio “Berbisnis itu sekarang ini dianggap keren banget, kalau dulu cuma dianggap keren “doang“. Hehehehe, tertawa becanda … Kenapa? ya karena pasti ada sesuatu yang amat sangat menarik tentunya”.

 

 

Oke deh untuk menguatkan kalo gitu kita lihat faktanya ya … Tanya deh sama orang-orang badan statistik kalau para pelaku bisnis di Indonesia sudah mencapai angka 1%, itu tandanya mulai naik dari tahun-tahun sebelumnya yang hanya sekitar 0,8%. Tanda-tanda benar adanya kalau berwirausaha a.k.a membuka bisnis menjadi sesuatu hal yang menjanjikan. Siapa juga sih yang gak kepingin jadi pengusaha sukses? itu mungkin adalah impian sebagian besar orang yang ada di muka bumi ini.

 

Yang perlu dikritisi adalah saat ini mengenai makna dari wirausaha itu sendiri. Makna dari berbisnis! Bagi yang belum mengetahui apa arti berbisnis sebenarnya saya yakin mereka hanya mencari materi atau sekedar kepepet. Ya, kepepet seperti dalam banyak buku motivasi yang beredar saat ini … katanya bahkan sampai ada yang menulis “The Power of  Kepepet”. Ah sungguh terlalu …

 

Sebelum saya membahas tentang Kontribusi, lihat deh ilustrasi nyata berikut ini :

 

Kekayaan Umar bin Khattab ra
- Mewariskan 70.000 properti (ladang pertanian) seharga @ 160juta (total kira-kira Rp 11,2 Triliun)
- Cash flow per bulan dari properti = 70.000 x 40 jt = 2,8 Triliun/ tahun atau 233 Miliar/bulan.
- Simpanan = hutang dalam bentuk cash

 

Kekayaan Utsman bin ‘Affan ra
- Simpanan uang = 151 ribu dinar plus seribu dirham
- Mewariskan properti sepanjang wilayah Aris dan Khaibar
- Beberapa sumur senilai 200 ribu dinar (Rp 240 M)

 

Kekayaan Zubair bin Awwam ra
- 50 ribu dinar
- 1000 ekor kuda perang
- 1000 orang budak

 

Kekayaan Amr bin Al-Ash ra
- 300 ribu dinar

 

Kekayaan Abdurrahman bin Auf ra
- Melebihi seluruh kekayaan sahabat!!
- Dalam satu kali duduk, pada masa Rasulullah SAW, Abdurrahman bin Auf berinfaq sebesar 64 Milyar (40 ribu dinar)

 

Mari kita lihat sesuatu hal yang kontras pada saat ini. Pejabat-pejabat nya banyak yang kaya raya tapi rakyatnya hidup kekurangan, tapi dalam masa kekhalifahan bukan hanya para sahabat sebagai pemeran kepemimpinan ummat saja yang kaya, namun juga rakyatnya hidup berkecukupan. mari kita lihat :

 

Pada masa Umar bin Khattab ra (10 tahun bertugas),
- Mu’adz bin Jabal menuturkan di Yaman sampai kesulitan menemukan seorang miskin pun yang layak diberi zakat (Al-Amwal, hal 596)
• Mampu menggaji guru di Madinah masing-masing 15 dinar atau +/- 30 juta/bulan.

 

Pada masa Umar bin Abdul Azis ra (3 tahun bertugas)
Yahya bin Sa’id (petugas zakat) berkata, “Ketika hendak membagikan zakat, saya tidak menjumpai seorang miskin pun. Umar bin Abdul Azis telah menjadikan setiap individu rakyat pada waktu itu berkecukupan. (Ibnu Abdil Hakam, siroh Umar bin Abdul Azis, hal 59)
Surat Gubernur Bashrah, Semua rakyat hidup sejahtera sampai saya sendiri khawatir mereka akan menjadi takabbur dan sombong. (Al-Amwal, hal 256)

 

Lihatlah para sahabat? apakah mereka hidup hanya untuk mengejar materi? tidak tentunya. Mereka ingin berkontribusi!

 

oke mari kita bahas kontribusi lebih lanjut di artikel selanjutnya …

 

Risky Irawan, SE, MM
Direksi PT Kaffah Gemilang

Comments are closed.

Cyber Business School | Combining Art IT and Business