Kepribadian Seorang Desain Grafis Muslim


Kerap kali, ketika kepentingan seni dan ketentuan hukum syara dipertemukan selalu mengalami benturan yang dahsyat sehingga tidak bisa dijadikan bentuk utuh nilai seni yang luas. Jika sudah begitu manakah yang harus didahulukan. Hal ini yang menjadi dilema dan kerap kali terjadi kepada “Seniman Taqwa” yang bekerja disebuah instansi yang sekuler, di mana dunia seni tidak ada batasan sama sekali, hingga pada titik di mana buramnya makna antara pornografi dan makna seni.

Jika dikembalikan kepada jati diri seorang muslim yang taqwa dan memilih jalan hidup berdasar aturan Ilahi, maka tentu segala sesuatunya harus dikaitkan dengan keberadaan Sang Khaliq (baca: Sang Pencipta). Sehingga syarat untuk melakukan sesuatu itu hanya dua saja, Ikhlas melakukannya karena ingin mencapai Ridho Allah Sang Pencipta dan dilakukan berdasar pada aturan Allah Sang Pencipta.

Sehingga seni apapun bentuknya, entah itu Seni Grafis, Animasi, Visual Efect dan lain sebagainya, selalu dibuat dengan mengikuti koridor dan aturan Allah SWT. Ini jelas menjadikan seorang Seniman Muslim memiliki kekhasan tersendiri. Dan tentu saja, dari begitu banyak karya seni yang dihasilkan seniman muslim sejak zaman dulu, membuktikan bahwa HUKUM SYARA sama sekali tidak membatasi ruang gerak seniman untuk bisa membuat sebuah karya yang Indah.

Arsitektur misalnya, sejarah mengatakan Koca Mimar Sinan Ağa (15 April 1489 – 17 July 1588) adalah arsitek ketua dan insinyur untuk Sultan Sulaiman I, Salim II dan Murad III.  Selama periode 50 tahun, dia bertanggung jawab pada konstruksi dan supervisi 476 bangunan. Puncak hasil karyanya adalah Masjid Selimiye di Edirne, meski karyanya yang paling top adalah Masjid Sulaiman di Istanbul.  Ada sejumlah departemen di bawah perintahnya, dan dia melatih banyak asisten, termasuk Sedefhar Mehmet Ağa, arsitek sebenarnya Masjid Sultan Ahmet. Sinan dianggap arsitek terbesar dari periode klasik arsitektur, setara dengan Michelangelo di Eropa.

Atau kita juga bisa melihat karya khas seorang muslim dalam menghasilkan seni kaligrafi yang cantik, tanpa harus menabrak aturan Ilahi semuanya bisa dinikmati dengan cita rasa yang sangat tinggi.

Cita rasa tinggi yang sesuai dengan aturan Ilahi dalam seni, tidak akan pernah usang dimakan zaman. Seorang Logo Designer misalnya, akan menghindari simbol-simbol pemahaman ideologi yang tidak berasal dari Islam. Seorang Fotografer Muslim misalnya, tentu saja akan menghidari foto-foto muslimah yang mengumbar aurat, walau itu berbenturan dengan kaidah seni sekuler.

Bukan mengkerdilkan seni itu sendiri, tetapi Islam justru menjadikan seorang seniman Muslim memiliki ke-khasan tersendiri, apa itu ? menghasilkan karya yang indah bercita rasa tinggi, tanpa harus kehilangan dengan Ridho Allah SWT.

Dengan pemahaman ini, Cyber Business School berusaha sekuat mungkin melahirkan seniman-semiman muda yang khas, memiliki idealisme, namun tidak kehilangan cita rasa untuk berkarya. Aamiin.

 

Comments are closed.

Cyber Business School | Combining Art IT and Business