7 Mitos Yang Harus Dihindari


Banyak dari kita memiliki gagasan bisnis, namun seringkali hanya terhenti sampai di situ. Akibatnya, kita merasa bosan untuk memulai bisnis. Seakan-akan ada tembok besar yang menghalangi untuk menjalankan bisnis. Barangkali masih ada pemahaman yang keliru di dalam diri kita. Salah satunya adalah kebanyakan mitos yang beredar tentang Entrepreneur  yang biasanya menghinggapi pebisnis pemula, apa sahaja ?

7 Mitos Entrepreneur -CBS

Mitos 1: Entrepreneur adalah pelaku, bukan pemikir. Mitos ini mengakibatkan orang yang bertipe pemikir menjadi kurang percaya diri untuk membangun bisnis. Sebenarnya tidak perlu diperdebatkan karena seseorang yang bertipe pemikir atau pelaku memiliki kesempatan untuk menjadi entrepreneur. Bahkan kedua tipe ini perlu untuk berbagi peran jika kedua tipe ini bersepakat menjalin kerja sama bisnis.

Mitos 2: Entrepreneur itu dilahirkan, bukan diciptakan. Mitos ini didasarkan pada pendapat bahwa pengusaha itu sudah bakat sejak lahir, sehingga sulit dan tidak bisa dipelajari. Jadi, yang tidak punya bakat, jangan harap jadi pengusaha. Bakat tersebut antara lain naluri bisnis, keberanian mengambil risiko, kemampuan menganalisa lingkungan bisnis, dan kemampuan menjalin hubungan/interpersonal. Mitos semacam inilah yang membuat sebahagian kita jika sedang gagal dalam merintis bisnis kemudian menjadikan mitos ini sebagai alasan kegagalan. Padahal saat ini, mitos itu sudah gugur kerana ternyata sudah berkembang ilmu entrepreneurship/kewirausahaan yang bisa dipelajari dan jika dipraktekkan akan mengarahkan kita menjadi seorang pengusaha.

Mitos 3: Entrepreneur selalu merupakan penemu. Mitos ini mengakibatkan pemahaman yang keliru. Orang selalu berpikir untuk berbisnis harus dengan ide yang original alias tidak meniru. Padahal ada 3 prinsip dalam menciptakan bisnis, mencermati bisnis yang sudah ada, mempraktekkannya, lalu berinovasi.

Mitos 4: Entrepreneur adalah orang yang canggung, baik di dunia akademis atau di masyarakat. Mitos ini terbentuk kerana memang ada beberapa pengusaha yang terpaksa harus drop out dari kuliah atau bisa jadi malah dipecat dari perusahaan. Lalu masyarakat memberi image yang kurang bagus. Padahal mereka mungkin saja punya karakter yang kuat dan luar biasa dan bermimpi untuk kebaikan masyarakat.

Mitos 5: Untuk menjadi entrepreneur harus memiliki uang/modal. Memang dalam mengoperasikan bisnis mau tak mau akan membutuhkan uang atau modal. Namun, kegagalan bisnis tidaklah selalu ditentukan oleh uang, bahkan persoalan keuangan muncul merupakan muara dari banyak kesalahan semisal ketidakjujuran dan ketidakprofesionalan di dalam bisnis, perencanaan investasi yang jelek. Di dalam bisnis, modal yang utama adalah trust (kepercayaan). Dengan kepercayaan, insyaallah modal uang bisa diperoleh. Kalau kita memang benar tidak punya uang, namun dengan memiliki modal kepercayaan, kita dengan mudah bisa mengajukan proposal bisnis kepada investor (penyandang dana). Kerana itulah, membangun kepercayaan mesti sejak muda.

Mitos 6: Anda perlu nasib baik untuk menjadi entrepreneur. Nasib baik sebenaranya adalah fungsi dari bertemuanya antara kemampuan, perencanaa dan keterampilan bisnis yang kita miliki dengan kesempatan yang datang. Jadi, apa yang nampak sebagai hoki atau keberuntungan bisnis sesungguhnya adalah hasil manis dari persiapan yang dilakukan oleh seorang entrepreneur.

Mitos 7: Entrepreneur adalah pengambil resikoyang ekstrem. Mitos ini seakan-akan memberikan penilaian, bahwa seorang entrepreneur adalah orang yang nekat di dalam berbisnis. Sebenarnya di sini ada unsur nekat. Hanya saja seorang entrepreneur mempunyai analisa, sehingga resiko yang diambil merupakan resiko yang sudah terukur dengan matang.

Mitos-mitos itulah yang akhirnya menjadi “mental blocks”. Harus kita dobrak supaya keberanian di dalam berbisnis muncul. Jika tak didobrak, semakin tambah usia kita, semakin kuat mitos-mitos tadi mempengaruhi pikiran bawah sadar kita dan akibatnya akan menutup seluruh potensi, bakat dan kemampuan yang kita miliki. Selagi masih muda, mari mitos itu kita hilangkan melalui serangkaian proses learning by doing (belajar sambil mengerjakan).

Comments are closed.

Cyber Business School | Combining Art IT and Business